SUBANG, TINTAHIJAU.COM- Komunitas Subang Nyeni kembali menggulirkan agenda literasi bergengsi melalui Subang Nyastra Vol. 4 di Subang Creative Center, Sabtu (23/8/2025). Dengan mengusung tema “Menemukan Cinta dalam Sastra”, acara ini dirangkai dengan bincang sastra sore hari dan pentas sastra malam harinya.
Menurut Ketua Panitia sekaligus Founder Subang Nyeni, Asep Kusmana, Subang Nyastra bukan sekadar pertemuan seniman kata, tetapi sebuah ruang untuk menghidupkan ekosistem literasi di Subang.
“Kami sengaja menghadirkan narasumber yang selama ini bekerja dalam ruang sunyi. Ini panggung bersama untuk menghidupkan tradisi sastra. Subang Nyastra baru memasuki Volume 4, dan akan terus berlanjut,” jelasnya.
Suasana bincang sastra berlangsung hangat. Kukun Kurniawan dari LESBUMI PCNU Subang menegaskan bahwa sastra adalah nafas kehidupan yang berakar pada budaya.
“Selama manusia masih bernafas, sastra akan selalu ada. Bahasa dan budaya menjadikannya identitas bangsa besar. Saya berharap kegiatan seperti ini membuat sastra kembali akrab di semua kalangan,” ujarnya.
Yaya Suryana, Pemred GenMilenial.ID, menambahkan dimensi historis:
“Sejarah bangsa tidak pernah lepas dari sastra. Dari Pujangga Lama hingga Angkatan 2000, sastra menjadi media kritis, mendorong perubahan sosial, bahkan membangkitkan semangat nasionalisme,” paparnya.
Dari sudut pandang personal, Hj. Siti Aminah, novelis produktif asal Subang, mengungkapkan bahwa menulis baginya adalah terapi jiwa.
“Sejak 2023 hingga 2025, saya sudah menulis 52 novel. Talenta bukan bawaan lahir, melainkan hasil ketekunan. Menulis adalah obat ketika saya kehilangan orang-orang tercinta,” tuturnya.
Senada dengan itu, Sutrisna dari Tunas Musik Subang menyebut sastra sebagai ruang katarsis:
“Sastra adalah pelarian yang menyembuhkan. Dari Pramoedya sampai Sapardi, saya belajar mendengar kehidupan lewat tulisan,” ungkapnya.
Diskusi interaktif ini ditutup dengan pembacaan puisi dan tanya-jawab peserta. Malam harinya, panggung Pentas Sastra menampilkan kolaborasi berbagai komunitas: Musik Etnik Animanis, Teater Main Gesit, Teater Bengkel 79, Teater Tigas, LESBUMI PCNU Subang, Tunas Musik Subang, Ambek Adil Paramarta, MTSS Cibogo, hingga Subang Music School.
Antusiasme peserta membuktikan bahwa sastra tetap relevan sebagai ruang hidup, terapi jiwa, dan penegas identitas bangsa. Kegiatan ini terselenggara berkat dukungan RTA Sound dan Rap Lighting.***
Berita Olahraga
News
Berita Terkini
Berita Terbaru
Berita Teknologi
Seputar Teknologi
Drama Korea
Resep Masakan
Pendidikan
Berita Terbaru
Berita Terbaru
Download Film